Monday 27 June 2016

[Euro’16 Series] The Unexpected Round of 16 – Part 3



DISCLAIMER: Tulisan ini merupakan bagian ke-3 dari ke-sok-tahu-an seorang penulis gadungan. Walaupun hingga saat ini tingkat akurasi prediksi gadungan ini di atas 50%, namun tidak bijak jika menggunakan tulisan ini sebagai bahan khutbah. Dengan membaca ini, berarti kamu sudah setuju untuk membiarkan pikiranmu dirasuki oleh imajinasi seorang Pandit Gadungan! Enjoy!

The Expected Result from The Unexpected Round of 16


Ya, hasil yang memang sesuai dengan yang sudah diperkirakan sebelumnya. Perancis harus struggling membongkar “bis parkir” yang disimpan Irlandia di lapangan tadi malam. Beruntung mereka punya Antoine Griezmann yang bisa menjadi juru selamat. 2 gol Griezmann di menit ke 58 dan 61 mengantarkan sang Tuan Rumah melaju ke babak 8 besar, as expected.

Beralih ke Lille, stadion Stade-Pierre-Mauroy menjadi saksi kedigdayaan German atas Slovakia. Setelah unggul cepat di menit 8, hasil dari tendangan keras Jerome Boateng, German menjalani laga dengan tenang dan sesuai perkiraan. Gol dari Mario Gomez dan Julian Draxler mengunci kemenangan 3-0 atas Slovakia sekaligus menjadi tiket masuk German ke babak 8 besar, as expected.

Dari partai Belgia vs Hungaria. Dengan possession football nya, Belgia berhasil mendikte jalannya pertandingan. Kemenangan yang sudah diprediksikan sebelumnya, bahkan oleh seorang Pandit Gadungan, as expected.

Yak, cukup segitu saja bahasan dari pertandingan semalam. Selamat untuk Perancis, German dan Belgia yang sudah berhasil melaju ke babak 8 besar bersama dengan Polandia, Wales dan Portugal! Karena sudah pasti banyak yang akan menulis review pertandingannya, maka Pandit Gadungan tidak akan ikut membahas hasil pertandingan tadi malam. Silahkan cari di situs situs langgananmu. Mari, selanjutnya silahkan kamu resapi tulisan buah dari imajinasi Pandit Gadungan ini untuk pertandingan di hari ke 3 babak 16 besar Euro 2016 ini.
-----------------



 

Senin, 27 Juni 2016.


Italy vs Spain, 23.00 WIB.


Italia, adalah tim yang dari dulu bermain konsisten dengan gayanya. Lupakan Spanyol dan German yang baru menemukan formula permainannya pada dekade ini. Hingga kemarin, Italia memainkan sepakbola dengan gaya yang sama seperti yang mereka lakukan saat Pandit Gadungan menonton partai final World Cup 1994 di USA, 22 tahun yang lalu. Filosofi sepakbola yang diusung nya jelas, pertahanan teratur dan disiplin. Menang, dalam benak setiap pemain Italia, adalah ketika lawan tidak dapat mencetak gol ke gawang. Jika bisa memenangi pertandingan dengan 1 gol, untuk apa repot mencetak gol berikutnya. Jika kita melihat permainan ciamik dari tim ini, sudah barang pasti kalau itu adalah bonus. Kebosanan yang dialami oleh lawannya ketika membongkar pertahanan Italia, sering membuat lengah barisan pertahanan lawan dan disitulah agen lini serang Italia mengambil aksinya. Setelah kehilangan maestro lini tengah semacam Pirlo dan Totti, duet yang menjadi kunci sukses mereka memenangi World Cup 2006, tahun ini Italia versi Antonio Conte menemukan formula menyerangnya melalui gaya tradisional 3-5-2 yang bisa bertransformasi menjadi skema apapun. Dua wingback yang bermain cepat dan kreatif ditunjang dengan stabil nya pembagi bola di lini tengah mereka, membuat dua pemain depan mereka bebas bergerak untuk sekedar mengacaukan barisan pertahanan musuh. Lolos sebagai juara group E setelah membuat permainan Belgia hanya seperti latihan mengoper bola pada partai pertamanya di fasa group, Italia membukukan 1 kemenangan lagi atas Swedia. Walaupun Italia “membuang” partai terakhirnya melawan Ireland, tidak lantas membuat Spanyol bisa bersantai ria menghadapi mereka di babak 16 besar.

Setelah secara mengejutkan finis diperingkat ke-2 di bawah Croatia dan menempatkannya di pot “berbahaya”, nampaknya ini tidak membuat gentar Spanyol. Memainkan possession football yang sudah menjadi ciri khas mereka di 10 tahun belakangan ini, seharusnya mudah bagi Spanyol untuk memuncaki group D. Namun ternyata permainan “santai” Spanyol di partai terakhir melawan Croatia di fasa group, dimanfaatkan Croatia dengan baik. Hal ini menjadi catatan khusus, karena pada partai melawan Croatia, Spanyol menurukan squad pemenang mereka. Kelengahan 2 fullback yang memang sering naik membantu serangan menjadi celah yang digunakan oleh Croatia. Jika ingin melaju ke babak selanjutnya, PR lini belakang ini harus segera mereka rapi kan. 

Partai yang mempertemukan Italia dan Spanyol ini disebut-sebut sebagai the early final of Euro 2016. Ya, dua tim ini adalah dua tim kelas juara. Sayangnya, mereka harus berhadapan se-dini ini. Berhadapan dengan tim yang sudah pasti akan menunggu mereka di daerah lapangan permainannya sendiri, membuat Spanyol harus berharap pada magis lini tengah mereka yang dikomandoi Andreas Iniesta dan Cesc Fabregas. Kehilangan sentuhan Xavi Hernandez di lini tengah tampaknya tergantikan dengan lebih “hidupnya” fullback yang mereka miliki saat ini. Kecepatan Jordi Alba dan kejelian Juanfran mengirimkan umpan dapat menjadi pembeda. Namun, sector ini pula lah yang bisa dieksplotasi oleh Italia. Solidnya pertahanan Italia sudah pasti akan “memancing” 2 fullback Spanyol naik membantu serangan. Jika Italia dapat memanfaatkan celah ini, serangan balik cepat dan efektif dari Italia sudah pasti akan merepotkan David De Gea. Sama-sama memiliki kiper yang hebat, maka kamu bisa berharap ada suguhan penyelamatan-penyelamatan gemilang malam nanti. Tinggal lihat tim mana yang lengah lebih dulu, itulah yang akan pulang nanti malam. Prediksi sulit, tapi sepertinya Italia dengan pertahanan yang lebih solid lah yang akan memenangkan partai final yang kepagian ini. Skor 2-1 untuk Italia yang akan ditentukan pada babak perpanjangan waktu!

England vs Iceland, 02.00 WIB (Selasa 28 Juni 2016).


Komposisi Inggris tahun ini dijejali dengan pemain Tottenham Hotspurs. Ini bisa menjadi sinyal baik karena pasti permainan mereka akan lebih fluid. Tidak seperti Inggris di tahun-tahun sebelum ini. Namun, apakah ini pertanda bagus mengingat Spurs hanya finish di peringkat ke 3? Well, performa di fasa group sedikit banyak bisa menjawab pertanyaan itu. Kyle Walker dan Danny Rose di fullback mereka, Dele Alli dan Eric Dier di lapangan tengah serta Harry Kane di depan menjadi pelengkap pasukan Spurs di squad besutan Roy Hodgson pada Euro 2016 kali ini. Untuk performa fullback, peran yang diperlihatkan dua Spurs tadi cukup untuk mengangkat permainan tim yang sering buntu di tengah. Ya, buntu di tengah. Nampaknya Wayne Rooney yang disimpan sebagai holding midfielder oleh Hodgson kerepotan menjalani peran sebagai pembagi bola. Kenapa? Jawabannya ada di performa Eric Dier. Dier bermain sangat malas sebagai seorang holding midfielder. Apa karena di Spurs Dier terbiasa bermain dengan Cristian Eriksen yang punya kecepatan dan daya jelajah lebih tinggi dibanding Rooney? 3 partai di fasa group, menunjukan peran Rooney sebagai pembagi bola tidak dapat dilaksanakan dengan baik. Memang, kehadirannya di lini tengah bisa membuat kestabilan, namun impact nya untuk lini serang Inggris masih minim. Selain persoalan holding midfielder, nampaknya Hodgson juga harus memikirikan solusi untuk “penyakit” yang sering menyerang Rahem Sterling. Sterling ini sebenarnya berpotensi, namun visi permainannya yang tidak jelas kerap hanya membuang energy nya untuk lari kesana-kemari. Jika Hodgson bisa mencari solusi untuk dua hal di atas, sudah barang pasti Inggris dapat melaju lebih jauh.

Islandia. Sama seperti tim kuda hitam lainnya, Pandit Gadungan tidak memiliki data yang cukup untuk mengupas permainan tim ini. Finis sebagai runner up group F setelah berhasil mengantongi 1 kemenangan dan 2 hasil imbang. Islandia mempertontonkan sepakbola bertahan dengan berharap pada skema serangan balik, tipikal tim kelas 2. Namun, ada yang perlu dicatat di sini, pertahanan solid dan disiplin yang mereka peragakan berhasil membuat permainan Portugal yang dipimpin oleh Christiano Ronaldo mati kutu. Skema permainan yang menjadi kunci mereka mendapatkan tiket ke babak final Euro 2016. Performa ciamik mereka lah yang membuat kamu tidak bisa menyaksikan Belanda berlaga pada Euro 2016 ini. Hanya kalah 2 kali pada penyisihan Euro 2016 membuat mereka tidak dapat dianggap remeh. Bukan tidak mungkin, jika Inggris gagal memainkan possession football dengan baik, Inggris akan menjadi korban berikutnya!

Partai ini akan menjadi bukti kejelian Roy Hodgson dalam meracik strategi. Celah yang menganga tadi sangat jelas. Jika Rooney atau siapapun yang nanti berperan sebagai seorang pembagi bola tidak dapat dimaksimalkan, Inggris dalam bahaya. Sekedar possession football saja tidak cukup untuk mengalahkan Islandia. Portugal dan Belanda sudah menjadi korbannya. Harry Kane bisa dipasang sebagai ujung tombak untuk mengimbangi fisik yang dimiliki oleh para pemain bertahan Islandia. Sterling bisa dimaksimalkan untuk mengeksploitasi pertahanan Islandia. Mungkin ini akan menjadi partai yang membuat Inggris frustasi, namun bukan berarti mereka tidak dapat memenangi partai ini. Jika Hodgson dapat memanfaatkan pergantian pemain dengan baik, Inggris dapat melaju ke babak 8 besar. Skor 2-1 untuk Inggris malam nanti!
----------------

Dengan ini, peserta 8 besar pun sudah lengkap. Italia dan Inggirs akan bergabung bersama Polandia, Wales, Portugal, Perancis, German, Belgia. Silahkan catat prediksi di atas dan bandingkan hasilnya nanti. Jadilah saksi bahwa nama Pandit Gadungan bukan hanya sekedar isapan jempol!

Udah ah, gitu aja. SEKIAN.

Salam Pandit Gadungan!

No comments:

Post a Comment