Thursday, 19 May 2016

Kenapa sih Lampu Lalu Lintas Warnanya Merah, Kuning dan Hijau?



“Ma, kenapa sih lampu merah warnanya merah?” Gavin bertanya kepada saya suatu kali.
“Hm, gimana Nak? Lampu merah ya warnanya merah” saya menjawab walau masih bingung mencerna pertanyaannya.
“Tapi, lampu merah ada yang warna hijau dan kuning..” tanya nya lagi sembari menunjuk lampu lalu lintas beberapa puluh meter di depan kami.
“oh, maksud Gavin kenapa lampu lalu lintas warnanya merah, kuning dan hijau ya?” saya balik bertanya untuk memastikan.
“iya, Ma.” Jawabnya mengonfirmasi.
Lalu, saya mulailah menjelaskan. Dengan gaya saya agar dia mengerti dan biar seru aja.


Ya, untuk kamu yang sudah punya anak pasti sudah terbiasa dengan pertanyaan-pertanyaan “simple”, seperti contoh di atas, yang dilontarkan anak dengan rasa ingin tahu yang besar. Besar sekali. Bila sudah begitu, jangan sekali-kali kamu menjawabnya dengan “tidak tahu”. Percayalah, jawaban “tidak tahu” akan memberikan bekas pada pikiran anak kamu bahwa kamu bukanlah sumber pengetahuannya. Bila memang belum tahu, ajaklah anak kamu untuk mencari tahu bersama-sama.

Seru kan?


Ok. Ini bukan sesi parenting, oleh karena itu, mari sudahi.


Back to our topic, Kenapa sih lampu lalu lintas warnanya merah, kuning dan hijau? Kalau kamu belum tahu, izinkan saya menjawabnya untuk kamu.

Silahkan.

Sejarah Lampu Lalu Lintas


Tahu gak kamu kalau cikal bakal lampu lalu lintas ini didesain oleh seorang railroad engineer J.P. Knight di tahun 1868?

Nggak tahu? Ya, sekarang sudah tahu kan.

Awalnya, sebagaimana sudah diterapkan pada lalu lintas kereta api, lampu lalu lintas pada saat itu hanya menggunakan 2 warna yang diproduksi oleh lampu semaphore. Warna lampunya saat itu adalah merah dan hijau. Merah untuk “berhenti” dan Hijau untuk “hati-hati”. Kala itu, tanda untuk maju adalah clear sinyal (tidak ada warna -red). Dan lalu desain tersebut pun berevolusi hingga menjadi lampu lalu lintas sebagaimana kita lihat hari ini.

perkembangan desain lampu lalu lintas (diambil dari http://chuknum.com)


Tidak, saya tidak akan membahas sejarahnya, tentu kalian akan dengan lebih mudah membacanya dari literature lain. Saya, mencoba konsisten dengan judul di atas saja, saya akan membahas kenapa warna nya adalah merah, kuning dan hijau.

Lalu, Kenapa Warnanya Merah, Kuning dan Hijau?



Ok. Izinkan saya merangkai kalimat yang mudah dimengerti dan dapat diterima khalayak.
Setidaknya, ada 2 sudut pandang atau dasar yang akan saya gunakan untuk membahas ini. Pertama, atas dasar kebiasaan atau norma (baca: cucoklogi -red). Kedua, atas dasar sains dan ilmu pengetahuan (baca: cucoklogilagi -red).

Cerita Warna dari Kacamata Norma dan Kebiasaan

Merah



Dari desain awal lampu lalu lintas, warna merah sudah digunakan untuk memberikan tanda untuk berhenti. Lalu kenapa merah dipilih untuk memberikan tanda berhenti?

Merah, yang juga merupakan warna darah, semenjak dahulu kala (tidak ada yang tahu exact kapannya -red) sudah menjadi penanda bahaya. Mengapa? Karena sesuatu yang berbahaya pasti akan menyebabkan luka. Begini cucoklogi nya:

Luka, biasanya keluar darah.

Darah warnanya merah.

Karena Bahaya = Luka = Darah = Merah.

Maka, Bahaya = Merah.

Maka itu, pada lalu lintas pun dipilih warna merah seakan ingin memberi tahu "kalau tanda merah tersebut dilanggar, maka akan menimbulkan bahaya"

Kuning



Warna ini baru dipakai sebagai penanda pada lampu lalu lintas di tahun 1920. Penggunaan warna selain merah dan hijau, diawali dengan masalah lalu lintas yang terjadi pada persimpangan jalan karena ketiadaan jeda ketika terjadi perpindahan tanda dari Merah ke Hijau. Oleh karena itu, William L. Potts, mengusulkan penggunaan 3 warna. Warna kuning pun dipilih. Mengapa warna kuning dipilih untuk memberi tanda “waspada” atau “hati-hati”?


Nah, sebenarnya tidak ada literature khusus atau referensi khusus yang menjelaskan ini. Namun, yang paling masuk akal adalah, karena sumber alami warna kuning itu berasal dari toxic metal dan urin, sesuatu yang dihindari.


Berikut cucokloginya:


Toxic Metal / Urin = Dihindari / Diwaspadai

Toxic Metal / Urin = Warna kuning

Warna kuning = Dihindari / Diwaspadai.


Maka ketika kita melihat warna kuning dari lampu lalu lintas pada persimpangan jalan, kita harus berhenti sejenak untuk waspada.

Hijau



Karena spectrum warna hijau ini jelas dan cepat ditanggapi oleh sensor mata maka pada desain awalnya warna hijau ini digunakan untuk menandakan”hati-hati” atau “waspada”, namun setelah system 3 warna ini diperkenalkan, warna hijau dipilih untuk memberi tanda “jalan”.

Dikaitkan dengan persepsi dan budaya kebanyakan masyarakat di dunia, yang menganggap kalau warna hijau diidentikan dengan kehidupan karena merupakan warna alam dan ekologi. Kira-kira cucokloginya seperti ini:


Ekologi / Alam = Warna Hijau

Ekologi / Alam = Sumber Kehidupan

Hijau = Sumber Kehidupan
 
Maka, jika melihat warna hijau dari lampu lalu lintas pada persimpangan jalan. Tandanya jalur kita sudah "hidup", bisa bergerak kembali. 

Rantai cucoklogi di atas mungkin bisa memberikan jawaban mengapa ada beberapa orang yang jika bertemu lampu lalu lintas di persimpangan jalan, bertindak seperti ini:

Lampu Merah
-Motor datang
-Motor berhenti
-Mesin motor dimatikan

Lampu Kuning
-Mesin siap-siap dihidupkan

Lampu Hijau
-Mesin hidup dan langsung tancap gas jalan.

Gimana? Mantap kan cucokloginya? :)

Latar Belakang Sains Dibalik Pemilihan Warna Lampu Lalu Lintas.


Setelah menelaah pemilihan warna lampu lalu lintas dari kacamata norma dan kebiasaan. Berikut ini saya akan menelaah alasan pemilihan warna-warna ini dari sudut pandang sains.

Seperti yang sudah kamu ketahui juga, cahaya merupakan suatu radiasi electromagnet, namun hanya sebagian kecil dari radiasi electromagnet ini yang dapat ditangkap oleh sensor mata kita. Yup, betul. Itulah yang kita kenal dengan istilah visible light (cahaya tampak). Cahaya tampak memiliki rentang panjang gelombang antara 400 – 700 nanometers.

panjang gelombang radiasi electromagnet

Lalu, kenapa merah, kuning dan hijau?

Pertanyaan bagus. Dari kelompok cahaya tampak tersebut, kenapa 3 warna itu yang dipilih? Mari kita telaah bersama.

Merah



Dalam kelompok cahaya tampak, merah memiliki ukuran gelombang terpanjang. Berkebalikan dengan panjang gelombang, energy dari merah adalah yang terendah. Oleh karena hal tersebut, merah sangat mudah ditangkap oleh sensor mata kita karena energy yang rendah. Mata kita pun tidak akan silau sebagaimana terjadi apabila kita terekspos cahaya kuning.

Kuning



Melanjutkan pembahasan di atas, menurut buku “In the Eye's Mind: Vision and the Helmholtz-Hering Controversy” yang ditulis oleh R.S. Turner, warna kuning merupakan warna yang paling “berkilau” dalam spectrum warna. Oleh karena itu, warna kuning akan sangat cepat sekali tertangkap oleh sensor mata kita.

Hijau



Sejalan dengan warna kuning, warna hijau pun seperti itu. Hijau memiliki sensitivitas relative tertinggi dari spectrum warna. Oleh karena itu, hijau dan kuning sangat cepat tertangkap oleh sensor mata.


Berdasarkan fakta-fakta di atas, maka tidak heran jika ketiga warna tersebut dipilih untuk menjadi tanda atau sinyal pada lampu lalu lintas. Karena ketiga warna tersebut adalah warna yang mudah tertangkap dan kontras dengan kondisi malam hari, hal yang sangat dibutuhkan untuk pemilihan tanda atau sinyal. Silahkan cek kembali, gambar spectrum warna di atas. Terlihat kan urutannya, Merah, Kuning, Hijau. Warna ke-violet-violetan, yang memiliki energy tertinggi, tidak menjadi pilihan karena dikhawatirkan dapat menggangu visibilitas pengguna jalan.


Nah, bagaimana? Setelah membaca fakta dan hasil telaah di atas, kamu semua sudah punya kan jawabannya kalau sewaktu-waktu ada yang menanyakan masalah ini?

Udahan ya. Gitu aja. SEKIAN

2 comments: