“Ma, kenapa sih lampu merah warnanya merah?” Gavin bertanya kepada saya suatu kali.“Hm, gimana Nak? Lampu merah ya warnanya merah” saya menjawab walau masih bingung mencerna pertanyaannya.“Tapi, lampu merah ada yang warna hijau dan kuning..” tanya nya lagi sembari menunjuk lampu lalu lintas beberapa puluh meter di depan kami.“oh, maksud Gavin kenapa lampu lalu lintas warnanya merah, kuning dan hijau ya?” saya balik bertanya untuk memastikan.“iya, Ma.” Jawabnya mengonfirmasi.Lalu, saya mulailah menjelaskan. Dengan gaya saya agar dia mengerti dan biar seru aja.
Ya, untuk kamu yang sudah punya anak pasti sudah terbiasa
dengan pertanyaan-pertanyaan “simple”, seperti contoh di atas, yang dilontarkan
anak dengan rasa ingin tahu yang besar. Besar sekali. Bila sudah begitu, jangan
sekali-kali kamu menjawabnya dengan “tidak tahu”. Percayalah, jawaban “tidak
tahu” akan memberikan bekas pada pikiran anak kamu bahwa kamu bukanlah sumber
pengetahuannya. Bila memang belum tahu, ajaklah anak kamu untuk mencari tahu
bersama-sama.
Seru kan?
Seru kan?
Ok. Ini bukan sesi parenting, oleh karena itu, mari sudahi.
Back to our topic, Kenapa sih lampu lalu lintas warnanya merah, kuning dan hijau? Kalau kamu belum tahu, izinkan saya menjawabnya untuk kamu.
Silahkan.
Sejarah Lampu Lalu Lintas
Tahu gak kamu kalau cikal bakal lampu lalu lintas ini
didesain oleh seorang railroad engineer J.P.
Knight di tahun 1868?
Nggak tahu? Ya, sekarang sudah tahu kan.
Awalnya, sebagaimana sudah diterapkan pada lalu lintas
kereta api, lampu lalu lintas pada saat itu hanya menggunakan 2 warna yang
diproduksi oleh lampu semaphore.
Warna lampunya saat itu adalah merah dan hijau. Merah untuk “berhenti” dan
Hijau untuk “hati-hati”. Kala itu, tanda untuk maju adalah clear sinyal (tidak
ada warna -red). Dan lalu desain tersebut pun berevolusi hingga menjadi lampu
lalu lintas sebagaimana kita lihat hari ini.
Tidak, saya tidak akan membahas sejarahnya, tentu kalian akan dengan lebih mudah membacanya dari literature lain. Saya, mencoba konsisten dengan judul di atas saja, saya akan membahas kenapa warna nya adalah merah, kuning dan hijau.
perkembangan desain lampu lalu lintas (diambil dari http://chuknum.com) |
Tidak, saya tidak akan membahas sejarahnya, tentu kalian akan dengan lebih mudah membacanya dari literature lain. Saya, mencoba konsisten dengan judul di atas saja, saya akan membahas kenapa warna nya adalah merah, kuning dan hijau.
Lalu, Kenapa Warnanya Merah, Kuning dan Hijau?
Ok. Izinkan saya merangkai kalimat yang mudah dimengerti dan
dapat diterima khalayak.
Setidaknya, ada 2 sudut pandang atau dasar yang akan saya
gunakan untuk membahas ini. Pertama, atas dasar kebiasaan atau norma (baca: cucoklogi -red). Kedua,
atas dasar sains dan ilmu pengetahuan (baca: cucoklogilagi -red).
Cerita Warna dari Kacamata Norma dan Kebiasaan
Merah
Dari desain awal lampu lalu lintas, warna merah sudah
digunakan untuk memberikan tanda untuk berhenti. Lalu kenapa merah dipilih
untuk memberikan tanda berhenti?
Merah, yang juga merupakan warna darah, semenjak dahulu kala
(tidak ada yang tahu exact kapannya -red) sudah menjadi penanda bahaya.
Mengapa? Karena sesuatu yang berbahaya pasti akan menyebabkan luka. Begini
cucoklogi nya:
Luka, biasanya keluar darah.
Darah warnanya merah.
Karena Bahaya = Luka = Darah = Merah.
Maka, Bahaya = Merah.
Maka itu, pada lalu lintas pun dipilih warna merah seakan ingin memberi tahu "kalau tanda merah tersebut dilanggar, maka akan menimbulkan
bahaya"
Kuning
Warna ini baru dipakai sebagai penanda pada lampu lalu
lintas di tahun 1920. Penggunaan warna selain merah dan hijau, diawali dengan
masalah lalu lintas yang terjadi pada persimpangan jalan karena ketiadaan jeda ketika terjadi perpindahan tanda dari Merah ke Hijau.
Oleh karena itu, William L. Potts, mengusulkan penggunaan 3 warna. Warna kuning
pun dipilih. Mengapa warna kuning dipilih untuk memberi tanda “waspada” atau
“hati-hati”?
Nah, sebenarnya tidak ada literature khusus atau referensi khusus yang menjelaskan ini. Namun, yang paling masuk akal adalah, karena sumber alami warna kuning itu berasal dari toxic metal dan urin, sesuatu yang dihindari.
Berikut cucokloginya:
Toxic Metal / Urin = Dihindari / Diwaspadai
Toxic Metal / Urin = Warna kuning
Warna kuning = Dihindari / Diwaspadai.
Maka ketika kita melihat warna kuning dari lampu lalu lintas pada persimpangan jalan, kita harus berhenti sejenak untuk waspada.
Nah, sebenarnya tidak ada literature khusus atau referensi khusus yang menjelaskan ini. Namun, yang paling masuk akal adalah, karena sumber alami warna kuning itu berasal dari toxic metal dan urin, sesuatu yang dihindari.
Berikut cucokloginya:
Toxic Metal / Urin = Dihindari / Diwaspadai
Toxic Metal / Urin = Warna kuning
Warna kuning = Dihindari / Diwaspadai.
Maka ketika kita melihat warna kuning dari lampu lalu lintas pada persimpangan jalan, kita harus berhenti sejenak untuk waspada.
Hijau
Karena spectrum warna hijau ini jelas dan cepat ditanggapi oleh sensor mata maka pada desain awalnya warna hijau ini digunakan untuk
menandakan”hati-hati” atau “waspada”, namun setelah system 3 warna ini
diperkenalkan, warna hijau dipilih untuk memberi tanda “jalan”.
Dikaitkan dengan persepsi dan budaya kebanyakan masyarakat di dunia, yang menganggap kalau warna hijau diidentikan dengan kehidupan karena merupakan warna alam dan ekologi. Kira-kira cucokloginya seperti ini:
Ekologi / Alam = Warna Hijau
Ekologi / Alam = Sumber Kehidupan
Hijau = Sumber Kehidupan
Dikaitkan dengan persepsi dan budaya kebanyakan masyarakat di dunia, yang menganggap kalau warna hijau diidentikan dengan kehidupan karena merupakan warna alam dan ekologi. Kira-kira cucokloginya seperti ini:
Ekologi / Alam = Warna Hijau
Ekologi / Alam = Sumber Kehidupan
Hijau = Sumber Kehidupan
Maka, jika melihat warna hijau dari lampu lalu lintas pada persimpangan jalan. Tandanya jalur kita sudah "hidup", bisa bergerak kembali.
Rantai cucoklogi di atas mungkin bisa memberikan jawaban mengapa ada beberapa orang yang jika bertemu lampu lalu lintas di persimpangan jalan, bertindak seperti ini:
Lampu Merah
-Motor datang
-Motor berhenti
-Mesin motor dimatikan
Lampu Kuning
-Mesin siap-siap dihidupkan
Lampu Hijau
-Mesin hidup dan langsung tancap gas jalan.
Gimana? Mantap kan cucokloginya? :)
Latar Belakang Sains Dibalik Pemilihan Warna Lampu Lalu Lintas.
Setelah menelaah pemilihan warna lampu lalu lintas dari
kacamata norma dan kebiasaan. Berikut ini saya akan menelaah alasan pemilihan
warna-warna ini dari sudut pandang sains.
Seperti yang sudah kamu ketahui juga, cahaya merupakan suatu
radiasi electromagnet, namun hanya sebagian kecil dari radiasi electromagnet
ini yang dapat ditangkap oleh sensor mata kita. Yup, betul. Itulah yang kita
kenal dengan istilah visible light (cahaya
tampak). Cahaya tampak memiliki rentang panjang gelombang antara 400 – 700 nanometers.
panjang gelombang radiasi electromagnet |
Lalu, kenapa merah, kuning dan hijau?
Pertanyaan bagus. Dari kelompok cahaya tampak tersebut,
kenapa 3 warna itu yang dipilih? Mari kita telaah bersama.
Merah
Dalam kelompok cahaya tampak, merah memiliki ukuran
gelombang terpanjang. Berkebalikan dengan panjang gelombang, energy dari merah
adalah yang terendah. Oleh karena hal tersebut, merah sangat mudah ditangkap
oleh sensor mata kita karena energy yang rendah. Mata kita pun tidak akan silau
sebagaimana terjadi apabila kita terekspos cahaya kuning.
Kuning
Melanjutkan pembahasan di atas, menurut buku “In the Eye's
Mind: Vision and the Helmholtz-Hering Controversy” yang ditulis oleh R.S.
Turner, warna kuning merupakan warna yang paling “berkilau” dalam spectrum
warna. Oleh karena itu, warna kuning akan sangat cepat sekali tertangkap oleh
sensor mata kita.
Hijau
Sejalan dengan warna kuning, warna hijau pun seperti itu. Hijau
memiliki sensitivitas relative tertinggi dari spectrum warna. Oleh karena itu,
hijau dan kuning sangat cepat tertangkap oleh sensor mata.
Berdasarkan fakta-fakta di atas, maka tidak heran jika
ketiga warna tersebut dipilih untuk menjadi tanda atau sinyal pada lampu lalu
lintas. Karena ketiga warna tersebut adalah warna yang mudah tertangkap dan
kontras dengan kondisi malam hari, hal yang sangat dibutuhkan untuk pemilihan
tanda atau sinyal. Silahkan cek kembali, gambar spectrum warna di atas. Terlihat kan urutannya, Merah, Kuning, Hijau. Warna ke-violet-violetan, yang memiliki energy tertinggi, tidak menjadi pilihan karena dikhawatirkan dapat menggangu visibilitas pengguna jalan.
Nah, bagaimana? Setelah membaca fakta dan hasil telaah di atas, kamu semua sudah punya kan jawabannya kalau sewaktu-waktu ada yang menanyakan masalah ini?
Udahan ya. Gitu aja. SEKIAN
Kerennn bangettt ini Artikelnyaaa
ReplyDeletewah..thanks, mbak. salam kenal
ReplyDelete