“I thank my players and wish them well for next season.
It has been a pleasure to work with them and it has been particularly rewarding
to see so many young players take their chance to break into the first team and
excel. I look forward to watching the continued development of these young
players next season”
Sebelum membahas alasan kenapa Louis Van Gaal (LVG) harus
pergi, ada baiknya kamu baca pesan LVG tersebut.
Kebetulan atau tidak, beberapa
youngster pujaan fans United musim ini adalah pemain yang diberi LVG kesempatan
untuk bermain. Dan memang, jika melihat sejarahnya, LVG sukses mengorbitkan
bintang-bintang muda. Thomas Mueller, Xavi Hernandez, Andres Iniesta, Patrick
Kluivert dan Clerence Seedorf adalah sederet nama mentereng yang melakukan
debut professional nya di bawah asuhan LVG.
Pun tidak akan hilang dari memori
kita ketika LVG memasang seorang Marcus Rashford sebagai striker menggantikan
Anthony Martial yang cidera ketika melakukan pemanasan di laga kedua melawan
Midtjylland. Debut professional Rashford pun harum sekali, Ia mencetak 2 gol ke
gawang Midtjylland dan mengantarkan United meraih kemenangan 5-1. Bahkan,
seminggu setelah laga tersebut, di laga besar melawan Arsenal, Rashford
lagi-lagi dipasang sebagai starter dan bermain gemilang dengan mencetak 2 gol
ke gawang Petr Cech, kiper yang musim ini meraih titel Goalie of The Season.
Contoh
di atas menjadi saksi konsistennya LVG dalam menggunakan jasa pemain muda, dan
ini sesuai dengan apa yang LVG katakan disebuah wawancara “Manchester United believe in
youngsters and Louis Van Gaal also believes in youngsters”. Namun,
bagaimana pun keputusan manajemen United sudah bulat untuk tidak memutus
kontrak 3 tahun LVG di Old Trafford. Terima ini sama-sama, kawan. LVG sudah
tidak bersama kita lagi.
Apa Yang Salah Dengan Louis Van Gaal?
Sebagai fans United yang menyayangkan pemecatan LVG, saya,
di satu sisi harus memahami kalau memang di luar sana banyak pula fans United
yang menginginkan LVG angkat kaki dari Old Trafford. Setelah beberapa kali
tagar #LVGOUT lalu-lalang di berbagai social media, akhirnya tadi malam LVG
memberikan final statement nya (Louis Van Gaal Statement) sebagai manager
Manchester United, klub yang diakuinya sebagai klub besar dengan fans terbaik.
Lalu, apa yang salah dengan Louis Van Gaal?
(sumber: theguardian.com) |
1. Tidak punya pasangan pemain bertahan yang mumpuni.
Selama 2 tahun masa kepelatihannya di Manchester United, LVG
telah gagal menciptakan pasangan pemain bertahan yang mumpuni. Memang, di
musim-musim sebelumnya performa Chris Smalling (atau Mike Smalling sebagaimana
LVG menyebutnya) dan Phil Jones tidak bisa dibilang buruk. Namun, cidera yang
silih berganti menimpa Smalling dan Jones tidak pernah membuat mereka bisa
bermain optimal di jantung pertahanan United.
Perlu diingat, di musim-musim
sebelumnya, pasangan ini jarang dimainkan bersama. Mereka dipasangkan dengan
pemain bertahan senior lainnya seperti Rio Ferdinand, Nemanja Vidic atau bahkan
dengan Johnny Evans. Jadi, mereka berdua, bermain bukan sebagai pemain
terakhir. Inilah yang membuat pertahanan United rentan jika mendapat serangan
cepat dan sporadis.
Sadar dengan kebiasaan bertahan yang diperlihatkan oleh duo
Smalling-Jones, LVG pun memasang Daley Blind, seorang holding midfield di
jantung pertahanan United untuk mengatur tempo. Di beberapa kesempatan, ini
berhasil. Blind bisa memainkan peran sebagai metronome lini belakang yang
sewaktu waktu bisa mengirimkan umpan panjang ke depan. Namun, sekali lagi,
semuanya hancur lebur ketika bertemu lawan dengan ritme serangan yang cepat dan
sporadis. Kekikukan Blind sebagai pemain bertahan dan lambannya respond dari Smalling kerap dieksploitasi lawan.
lambatnya respon Smalling membuatnya harus seperti ini (sumber: theguardian.com) |
Selain itu, kamu juga bisa saksikan bagaimana sepanjang
musim ini United sering kali kebobolan dari skema bola mati. Komando pemain
terakhir yang ada pada Blind sering kali gagal. Ya ini wajar, sejatinya Blind
bukanlah seorang defender.
2. Memaksa Rooney bermain sebagai central forward.
Keputusan menjual Javier Hernandez, bisa jadi disesali oleh
LVG. Bagaimana tidak, Hernandez adalah satu-satunya CF yang dipunyai United
kala itu. Eh, ada nama James Wilson sih, tapi jam terbang yang sedikit membuat
LVG hanya menyisakan nama Wayne Rooney di lini depan. Namun, ternyata di sini
juga jadi kelemahan United. Benar bahwa Rooney adalah seorang forward, namun menjadikannya
seorang Central Forward kerap membuat taktik yang diracik LVG sering kali tidak
berjalan. Kenapa? Karena Rooney adalah tipikal pemain yang tidak bisa
membelakangi gawang. Benar bahwa dia berbahaya di depan gawang. Tidak usah
diragukan dribble dan penjagaan bolanya. Namun, itu semua baru terlihat dan
menjadi berbahaya jika posisi Rooney menghadap gawang.
Di zaman Sir Alex Ferguson (SAF), Rooney selalu
jadi free role di belakang Berbatov, Tevez ataupun Hernandez. Kalaupun CF
sedang cidera, SAF lebih memilih menempatkan Christiano Ronaldo atau bahkan
Luis Nani di posisi CF. Maka pemandangan seringnya Rooney mengembalikan bola ke
belakang atau membaginya ke pinggir adalah hal lumrah yang kerap kita saksikan
musim ini dimana hal tersebut kerap menghancurkan skema serangan yang sedang
dibangun.
(sumber: thesun.co.uk) |
Pun setelah kemunculan Anthony Martial, LVG lebih memilih menggeser
Martial ke kiri. Ya, walaupun di akhir-akhir musim LVG sadar dan mau
menempatkan Rooney di belakang CF. Maka kita semua sempat menyaksikan bagaimana
berbahaya nya pergerakan solo Rooney dari tengah lalu menerobos ke kanan untuk
kemudian melepaskan umpan yang sangat asyik ke kotak penalti dan berbuah Gol
keren dari Juan Mata di laga final FA Cup kontra Crystal Palace minggu lalu!
3. Menggeser Mata ke sayap.
Pada masanya, reverse wing memang sempat booming. Tak
terkecuali dengan Juan Mata, seorang kidal yang ditempatkan di sisi kanan untuk
membangun serangan dan sewaktu waktu bisa melepaskan tendangan ke gawang dengan
kaki kirinya. Peran sentral Mata di sisi kanan United memang cukup signifikan.
Ini dibuktikan dengan banyaknya peluang yang diciptakan oleh Mata. Dengan 53
peluang yang diciptakan (5 assist gol dan 48 passing kunci) Mata menjadi pemain
United yang paling banyak menciptakan peluang musim ini.
Namun ini tidak ada
apa2nya dibandingkan dengan Christian Eriksen di Tottenham dengan 114 peluang
yang diciptakan dimana 13 diantaranya menjadi assist, atau dengan Mesut Ozil di
Arsenal dengan 144 peluang yang diciptakan dimana 19 diantaranya menjadi
assist, bahkan dengan Riyad Mahrez di Leicester City dengan 67 peluang
diciptakan dimana 11 diantaranya menjadi assist.
Situasi menjadi sulit, ketika tim lawan berhasil mematikan
Mata. Otomatis United seperti kebingungan mencari celah. Alhasil, hanya
akselerasi Martial di sisi kiri yang bisa menjadi angin segar untuk United. Dan
seperti yang kamu tahu, itupun tidak selalu berhasil. Kalau kedua sayap sudah
dimatikan, maka kita hanya bisa melihat Daley Blind mencoba peruntungannya
melepaskan Long Ball vertical ke depan.
(sumber: mirror.co.uk) |
Selain ketiga hal tersebut, sebenarnya tim yang dibangun
oleh LVG memiliki fondasi yang jelas. LVG menginginkan stabilitas di lini
tengah, oleh karena hal tersebut ia memainkan 2 CMF dimana salah satunya
menjadi holding midfield. Peran yang kerap diambil oleh Michael Carrick atau
Morgan Schneiderlin.
Skema untuk memanfaatkan lebar lapangan pun sudah
terbayang jelas, hanya saja, peran Mata di sebelah kanan sering kali tidak
dapat diimbangi oleh peran di sayap kiri, terlebih jika yang bermain adalah
Memphis Depay. Alternatif bola vertical dari belakang pun sudah sering
diperlihatkan oleh Daley Blind.
Jadi sebenarnya, alasan untuk memecat LVG itu lebih banyak
bukan karena LVG sendiri. Ada faktor cidera yang sepanjang musim mengganggu
atau mental pemain yang naik-turun jika menghadapi laga-laga krusial.
Tapi, yang paling besar, ya dari kamu, dan
mungkin juga saya. Fans United terlalu tinggi. Kita seakan lupa di zaman SAF
pun United beberapa kali berada di posisi mengejar, bukan dikejar. Kita seakan
tidak kuat jika harus melihat United struggling di papan tengah. Kita seperti terlalu sombong untuk mengakui
bahwa rival sekota kita lebih baik saat ini.
Yah, apapun itu, masa depan United akan berada di tangan
yang baru. Jose Mourinho atau siapapun yang akan menangani United pasti tidak
akan mudah untuk melanjutkan tradisi juara seperti di zaman SAF. Terlalu besar
tradisi juara yang dimiliki oleh klub sehebat Manchester United. Karena kota
Roma pun tidak dibangun hanya dalam semalam kan, kawan?
Oleh karena itu, sebagai seorang fans dan pandit gadungan,
izinkan saya mengutip kata-kata perpisahan dari SAF beberapa tahun lalu
"I'd also like to remind you that when we had bad
times here the club stood by me, all my staff stood by me, the players stood by
me - your job now is to stand by our new manager. That is important”
Yes, that’s the point. We have to stand by our new manager.
Udah ah, gitu aja. SEKIAN.
catatan: statistik pada tulisan di atas didapat dari situs www.squawka.com
No comments:
Post a Comment