Wednesday, 11 May 2016

Kenapa Van Gaal Harus Pergi?



“I thank my players and wish them well for next season. It has been a pleasure to work with them and it has been particularly rewarding to see so many young players take their chance to break into the first team and excel. I look forward to watching the continued development of these young players next season”

Sebelum membahas alasan kenapa Louis Van Gaal (LVG) harus pergi, ada baiknya kamu baca pesan LVG tersebut. 

Kebetulan atau tidak, beberapa youngster pujaan fans United musim ini adalah pemain yang diberi LVG kesempatan untuk bermain. Dan memang, jika melihat sejarahnya, LVG sukses mengorbitkan bintang-bintang muda. Thomas Mueller, Xavi Hernandez, Andres Iniesta, Patrick Kluivert dan Clerence Seedorf adalah sederet nama mentereng yang melakukan debut professional nya di bawah asuhan LVG. 

Pun tidak akan hilang dari memori kita ketika LVG memasang seorang Marcus Rashford sebagai striker menggantikan Anthony Martial yang cidera ketika melakukan pemanasan di laga kedua melawan Midtjylland. Debut professional Rashford pun harum sekali, Ia mencetak 2 gol ke gawang Midtjylland dan mengantarkan United meraih kemenangan 5-1. Bahkan, seminggu setelah laga tersebut, di laga besar melawan Arsenal, Rashford lagi-lagi dipasang sebagai starter dan bermain gemilang dengan mencetak 2 gol ke gawang Petr Cech, kiper yang musim ini meraih titel Goalie of The Season. 

Contoh di atas menjadi saksi konsistennya LVG dalam menggunakan jasa pemain muda, dan ini sesuai dengan apa yang LVG katakan disebuah wawancara “Manchester United believe in youngsters and Louis Van Gaal also believes in youngsters”. Namun, bagaimana pun keputusan manajemen United sudah bulat untuk tidak memutus kontrak 3 tahun LVG di Old Trafford. Terima ini sama-sama, kawan. LVG sudah tidak bersama kita lagi.

Apa Yang Salah Dengan Louis Van Gaal?


Sebagai fans United yang menyayangkan pemecatan LVG, saya, di satu sisi harus memahami kalau memang di luar sana banyak pula fans United yang menginginkan LVG angkat kaki dari Old Trafford. Setelah beberapa kali tagar #LVGOUT lalu-lalang di berbagai social media, akhirnya tadi malam LVG memberikan final statement nya (Louis Van Gaal Statement) sebagai manager Manchester United, klub yang diakuinya sebagai klub besar dengan fans terbaik.

Lalu, apa yang salah dengan Louis Van Gaal?

(sumber: theguardian.com)

1.    Tidak punya pasangan pemain bertahan yang mumpuni.


Selama 2 tahun masa kepelatihannya di Manchester United, LVG telah gagal menciptakan pasangan pemain bertahan yang mumpuni. Memang, di musim-musim sebelumnya performa Chris Smalling (atau Mike Smalling sebagaimana LVG menyebutnya) dan Phil Jones tidak bisa dibilang buruk. Namun, cidera yang silih berganti menimpa Smalling dan Jones tidak pernah membuat mereka bisa bermain optimal di jantung pertahanan United. 

Perlu diingat, di musim-musim sebelumnya, pasangan ini jarang dimainkan bersama. Mereka dipasangkan dengan pemain bertahan senior lainnya seperti Rio Ferdinand, Nemanja Vidic atau bahkan dengan Johnny Evans. Jadi, mereka berdua, bermain bukan sebagai pemain terakhir. Inilah yang membuat pertahanan United rentan jika mendapat serangan cepat dan sporadis.

Sadar dengan kebiasaan bertahan yang diperlihatkan oleh duo Smalling-Jones, LVG pun memasang Daley Blind, seorang holding midfield di jantung pertahanan United untuk mengatur tempo. Di beberapa kesempatan, ini berhasil. Blind bisa memainkan peran sebagai metronome lini belakang yang sewaktu waktu bisa mengirimkan umpan panjang ke depan. Namun, sekali lagi, semuanya hancur lebur ketika bertemu lawan dengan ritme serangan yang cepat dan sporadis. Kekikukan Blind sebagai pemain bertahan dan lambannya respond dari Smalling kerap dieksploitasi lawan.

lambatnya respon Smalling membuatnya harus seperti ini (sumber: theguardian.com)

Selain itu, kamu juga bisa saksikan bagaimana sepanjang musim ini United sering kali kebobolan dari skema bola mati. Komando pemain terakhir yang ada pada Blind sering kali gagal. Ya ini wajar, sejatinya Blind bukanlah seorang defender.

2.    Memaksa Rooney bermain sebagai central forward.

 Keputusan menjual Javier Hernandez, bisa jadi disesali oleh LVG. Bagaimana tidak, Hernandez adalah satu-satunya CF yang dipunyai United kala itu. Eh, ada nama James Wilson sih, tapi jam terbang yang sedikit membuat LVG hanya menyisakan nama Wayne Rooney di lini depan. Namun, ternyata di sini juga jadi kelemahan United. Benar bahwa Rooney adalah seorang forward, namun menjadikannya seorang Central Forward kerap membuat taktik yang diracik LVG sering kali tidak berjalan. Kenapa? Karena Rooney adalah tipikal pemain yang tidak bisa membelakangi gawang. Benar bahwa dia berbahaya di depan gawang. Tidak usah diragukan dribble dan penjagaan bolanya. Namun, itu semua baru terlihat dan menjadi berbahaya jika posisi Rooney menghadap gawang. 

Di zaman Sir Alex Ferguson (SAF), Rooney selalu jadi free role di belakang Berbatov, Tevez ataupun Hernandez. Kalaupun CF sedang cidera, SAF lebih memilih menempatkan Christiano Ronaldo atau bahkan Luis Nani di posisi CF. Maka pemandangan seringnya Rooney mengembalikan bola ke belakang atau membaginya ke pinggir adalah hal lumrah yang kerap kita saksikan musim ini dimana hal tersebut kerap menghancurkan skema serangan yang sedang dibangun. 

(sumber: thesun.co.uk)
 
Pun setelah kemunculan Anthony Martial, LVG lebih memilih menggeser Martial ke kiri. Ya, walaupun di akhir-akhir musim LVG sadar dan mau menempatkan Rooney di belakang CF. Maka kita semua sempat menyaksikan bagaimana berbahaya nya pergerakan solo Rooney dari tengah lalu menerobos ke kanan untuk kemudian melepaskan umpan yang sangat asyik ke kotak penalti dan berbuah Gol keren dari Juan Mata di laga final FA Cup kontra Crystal Palace minggu lalu!

3.    Menggeser Mata ke sayap.


Pada masanya, reverse wing memang sempat booming. Tak terkecuali dengan Juan Mata, seorang kidal yang ditempatkan di sisi kanan untuk membangun serangan dan sewaktu waktu bisa melepaskan tendangan ke gawang dengan kaki kirinya. Peran sentral Mata di sisi kanan United memang cukup signifikan. Ini dibuktikan dengan banyaknya peluang yang diciptakan oleh Mata. Dengan 53 peluang yang diciptakan (5 assist gol dan 48 passing kunci) Mata menjadi pemain United yang paling banyak menciptakan peluang musim ini. 

Namun ini tidak ada apa2nya dibandingkan dengan Christian Eriksen di Tottenham dengan 114 peluang yang diciptakan dimana 13 diantaranya menjadi assist, atau dengan Mesut Ozil di Arsenal dengan 144 peluang yang diciptakan dimana 19 diantaranya menjadi assist, bahkan dengan Riyad Mahrez di Leicester City dengan 67 peluang diciptakan dimana 11 diantaranya menjadi assist.

Situasi menjadi sulit, ketika tim lawan berhasil mematikan Mata. Otomatis United seperti kebingungan mencari celah. Alhasil, hanya akselerasi Martial di sisi kiri yang bisa menjadi angin segar untuk United. Dan seperti yang kamu tahu, itupun tidak selalu berhasil. Kalau kedua sayap sudah dimatikan, maka kita hanya bisa melihat Daley Blind mencoba peruntungannya melepaskan Long Ball vertical ke depan.


(sumber: mirror.co.uk)

Selain ketiga hal tersebut, sebenarnya tim yang dibangun oleh LVG memiliki fondasi yang jelas. LVG menginginkan stabilitas di lini tengah, oleh karena hal tersebut ia memainkan 2 CMF dimana salah satunya menjadi holding midfield. Peran yang kerap diambil oleh Michael Carrick atau Morgan Schneiderlin. 

Skema untuk memanfaatkan lebar lapangan pun sudah terbayang jelas, hanya saja, peran Mata di sebelah kanan sering kali tidak dapat diimbangi oleh peran di sayap kiri, terlebih jika yang bermain adalah Memphis Depay. Alternatif bola vertical dari belakang pun sudah sering diperlihatkan oleh Daley Blind. 

Jadi sebenarnya, alasan untuk memecat LVG itu lebih banyak bukan karena LVG sendiri. Ada faktor cidera yang sepanjang musim mengganggu atau mental pemain yang naik-turun jika menghadapi laga-laga krusial. 

Tapi, yang paling besar, ya dari kamu, dan mungkin juga saya. Fans United terlalu tinggi. Kita seakan lupa di zaman SAF pun United beberapa kali berada di posisi mengejar, bukan dikejar. Kita seakan tidak kuat jika harus melihat United struggling di papan tengah.  Kita seperti terlalu sombong untuk mengakui bahwa rival sekota kita lebih baik saat ini. 

Yah, apapun itu, masa depan United akan berada di tangan yang baru. Jose Mourinho atau siapapun yang akan menangani United pasti tidak akan mudah untuk melanjutkan tradisi juara seperti di zaman SAF. Terlalu besar tradisi juara yang dimiliki oleh klub sehebat Manchester United. Karena kota Roma pun tidak dibangun hanya dalam semalam kan, kawan?

Oleh karena itu, sebagai seorang fans dan pandit gadungan, izinkan saya mengutip kata-kata perpisahan dari SAF beberapa tahun lalu

"I'd also like to remind you that when we had bad times here the club stood by me, all my staff stood by me, the players stood by me - your job now is to stand by our new manager. That is important”

Yes, that’s the point. We have to stand by our new manager.

Udah ah, gitu aja. SEKIAN.

catatan: statistik pada tulisan di atas didapat dari situs www.squawka.com

No comments:

Post a Comment