Wednesday, 8 June 2016

[Cerita Fiksi] It's Always You. Always Been You.. - Bagian 2



Bagian#2


 

Masih. Bandung, suatu hari di Bulan September 2002.

 

“IIIHHH..Kamu kok berani liat-liat!” ujarnya memasang muka akan marah.
Dan. Gagal. Dia malah jadi tambah lucu. Plus menggemaskan.
“ahahahaha..ya kan itu fungsinya bet nama ih..” aku membela diri.


13.40 WIB

Itu sudah hampir sore. Kami berdua berjalan menyusuri lorong. Belok. Kemudian menyusuri lorong lagi. Dan..tibalah kami di kantin sekolah. Hanya tinggal beberapa murid saja yang masih ada di sana. 

Maklum, sekolah tetanggaku ini terkenal pintar, jadi wajarlah jika tidak banyak murid-muridnya yang tinggal dan nongkrong di sekolah. 

“hmm..tinggal segini ya yang jualan?” ujarku padanya.

“Raya ga ada alergi apa-apa kan?” aku bertanya

“hmm..ga ada alergi kok..” dia jawab.

“ini aja yuk..” aku mengajaknya untuk jajan roti bakar aneka rasa.

“mang, mau roti kukus coklat kacang ya satu” aku memesan untukku.

“sok, kamu pesen aja sendiri. Rasanya banyak. Pilih aja yang kamu…” belum selesai bicara, si mamang roti langsung berseloroh

“eh, Neng Raya. Mau pesen kukus pake gula aja kayak biasa?” kata si Mamang.

“betul, Mang.” Raya menjawab si mamang sambil tersenyum menang ke arahku. Seolah berkata “Aku ini gaul, lho..”

“Raya langganan di sini ya, Mang?” kataku berbasa-basi kepada si mamang roti.

“hehe, ini mah udah kayak kelasnya si eneng. Banyakan di sini kayaknya daripada di kelas..” si mamang jawab semangat.

“hush..mamang ih..jangan buka kartu atuh..” Raya memotong si mamang.

Kami saling pandang, 

“HAHAHAHAHA” kami tertawa bersama.

Roti pun selesai dibuat. 

“duduk di sini dulu aja” ajak Raya.

“oh, ok ok..” aku duduk menghampirinya.

“jadi, gimana Bandung? Asik ga?” dia membuka percakapan.

“Hmm, belum begitu nikmatin sih. Aku anaknya jurusan rumah-sekolah-rumah..haha”

“hahaha..bisa aja basa-basi nya. Yuk, kapan mau ditemenin jalan-jalan?” ujarnya lugas.

“eh..eh..gimana? kok tiba-tiba jalan?” aku heran. Pura-pura heran tepatnya.

“oh, jadi ga mau nih jalan-jalan sama aku?” katanya. Lagi-lagi dengan muka sok sedihnya.

“eh, mau..mau!” aku jawab spontan.

“eh, ada yang kejebak nih..Hahahaha!!” Raya berkata dengan jahil setelah umpannya berhasil menjaring ikan. 

“AHAHAHAHA..kamu, bisa aja jebaknya” aku menimpali.

“ok kalau gitu, weekend nanti ada acara ga?” tanyaku.

“weekend? Hmm, ngga kayaknya, tapi..” jawabnya nanggung.

“tapi apa?” aku bertanya.

“tapi, kenapa harus weekend? Kenapa ga hari ini aja?” dia menjawab sambil tersenyum.

“hahaha..kamu bisa hari ini?” aku tertawa sembari bertanya.

“yuk..” jawabnya singkat. 

Entah kenapa, aku tiba-tiba jadi sumringah. Seneng sendiri.
Setelah 3 bulan hanya melakukan rutinitas yang itu-itu saja, sore ini aku jalan-jalan. Sama perempuan lucu yang seru!

Setelah menghabiskan roti, kami pun segera beranjak. Memulai penjelajahan pertama kami di Bandung.

Dengan angkot, kami pun berkeliling Bandung sore itu.

Raya benar-benar bisa berperan sebagai tour guide. Dari mulai menjelaskan rute-rute angkot, menunjukan titik 0 Km nya kota Bandung, berseloroh usil “ini nih tempat kawinan paling happening di Bandung, nanti kalau mau, kita di sini aja yaa..hahaha” saat kami mampir di PUSDAI hingga menghabiskan sore di hutan juanda dengan segala ceritanya.
------------

17.10 WIB

“ga kerasa ya udah sore. Udah mau maghrib lagi” dia berkata padaku.

“iya, nih.” Aku jawab sambil masih memandang sekeliling menikmati pemandangan.
“kamu seneng ga?” tanyanya

“seneng banget Raya!” jawabku semangat. 

“tenang, ini baru awal petualangan kita! Masih banyak yang seru-seru di Bandung! Hahaha..” dia bersemangat. 

Aku? Ya seneng bangetlah!

“haha..siaap. Petualangan ya..keren euy” ujarku.

Mataku mulai menjelajah alam Bandung dari atas sini. Keren ya. Ini pemandangan yang belum pernah aku dapatkan di Jakarta dulu.

Diam. Tidak ada percapakan di antara kami. Hanya muka kagum 2 anak SMA yang sedang melihat indahnya alam.

Hingga..

“eh yuk ah..kita pulang. Rizki rumahnya dimana? Eh, manggilnya harus rizki nih? Kamu ga ada panggilan apa gitu?” pertanyaan Raya membuyarkan lamunanku.

“eh,,oh iyaa..hmm, di daerah buah batu sih. Raya dimana?” jawabku tak siap dengan pertanyaan.

“aku mah deket da..itu di tubagus” katanya.

“eh, jadi manggilnya apa ih? Meuni kayak guru manggil nama lengkap mah..riri aja ya? Ameh (supaya, -red) lucu..” lanjutnya

“ahaha, bebas lah..apa aja, yang penting mah ga ketuker lagi sama orang lain..hihihi” ujarku meledeknya.

“hahaha..iya, iya..meuni masih dendam gitu ih..hahaha..nah, sekarang kamu jangan manggil raya. Siga..” 

“siga guru wae manggil nama lengkap” aku potong ucapannya

HAHAHAHAHAHA..lagi lagi kami ketawa bersama.

“ya udah atuh, mau dipanggil apa? Ray? Ay? Aya? Hmm..tapi ngga ah, namamu bagus. Raya. Aku suka. Ga usah dipotong-potong dan lagipula nama Raya itu jarangkan?”

“ahaha..bisaan wae ngerayu nya..” dia menjawab. Tanpa ke ge-er an. 

“sip atuh, hayu neng Raya, kita pulang. Biar sebelum maghrib udah di rumah..” kataku menutup petualangan kami sore itu.

“ok atuh, kang Riri. Mari kita mencari Naga bersama untuk menuruni bukit ini!” ujarnya sok petualang.

“hahaha..naga lah dicari. Angkot neng, angkot!” ujarku menimpali.
 ------------------

 

Masih. Bandung, suatu hari di Bulan September 2002.


Besoknya, 06.10 WIB

Ini adalah pagi tersemangatku semenjak 3 bulan bersekolah di Bandung. Selain menuntut ilmu, ada Raya yang menjadi tujuan ku di sekolah. Haha.

Itu aku yang sudah duduk di kelas. Ini bukan aku yang datangnya terlalu pagi ya, namun karena memang sekolahku ini masuknya pukul 06.30 WIB. Jadi, sebelum berdesakan dengan penumpang angkot yang mau ke kantor, aku memang lebih senang berangkat sangat pagi dari rumahku di buah batu.

Senang rasanya melihat teman-teman yang semangat mengerjakan PR di sekolah pagi ini. Aku? Aku sih baca komik aja. Haha.

“ki..Liat PR elu dong“ Rezki yang baru saja datang, langsung “menyapaku”

“eh, pagi juga mas Rezki..hahaha” jawabku asal sambil memberikan buku PR ku.

“inget, jangan cuma disalin ya, pahami dan resapi juga..hahaha” aku berkata usil.

“iyaa..iyaa..” ujarnya sambil menarik buku PR ku.

Aku lanjutkan baca komik. Sampai aku terpikir sesuatu dan bertanya.

“eh, Ki. Si Fika teh kelas mana sih?” aku tanya pada Rezki

“oh, fika yang kemarin? Anak kelas F. kenapa emang?” jawabnya sambil terus menyalin jawaban PR ku.

“oh..ga kenapa-kenapa sih. Kok bisa kenal?” aku bertanya seadanya.

“Yaa..kenalin, Rezki Ikhsantara, paling ganteng sekelurahan! Hahaha..Terkenal cuy..” ujarnya dengan gaya yang, ah kamu juga ga akan mau tahu lah.

“hahaha..iyaa, iyaa..terkenal..” ujarku. 

Sip. Kalau Fika anak kelas F, kemungkinan Raya juga anak kelas F.
------------------

11.15 WIB

Bel istirahat pun berbunyi. Ini pun bel istirahat pertama yang aku tunggu dengan sangat antusias sepanjang 3 Bulan aku sekolah di sini. Aku yang biasanya duduk di kelas membaca komik, kali ini berjalan dengan semangat keluar.

“tumben keluar, Ki” kata Rezki.

“eh, iya nih..laper” jawabku asal.

“mau makan dimana emang?” tanya nya.

“Makan roti bakar di kantin belakang aja yuk!” seruku.

“okelah..lumayan juga bisa liat-liat anak sebelah..hahaha” katanya. Biasalah, motivasi seorang yang “terkenal” hahahaha.

Kami berdua berjalan menyusuri lorong. Untuk menuju ke kantin belakang, kami akan melewati kelas F. Dan memang itu tujuanku.

Dan, itu kami yang sudah di depan kelas F.

“ki,,yang namanya fika yang mana sih?” tanyaku.

“hmm, itu tuh..yang rambutnya panjang..” jawabnya.

“kenapa emang? naksir?” dia bertanya balik.

“ahahaha..ngga lah, cuma pengen tahu aja, mana sih cewe yang nitip salam ke elo.” jawabku asal. Lagi.

Aku melihat sekilas ke dalam kelas. Bukan. Bukan untuk melihat Fika. Aku mencari perempuan seru yang kemarin mengajaku bertualang. Iya, Raya. Aku mencari Raya. 

Tapi, aku lihat sekilas. Tidak ada sosok Raya di dalam.

Ya sudah, kelas F pun terlalui. Kami sampai di Kantin belakang.

Aku menuju tukang roti bakar. Rezki mah ga tau udah kemana. 

“Mang, mau roti kukus coklat-kacang ya. satu” aku pesan ke mamang roti bakar.
Ga berapa lama, sampai

“mangga, Sep. Ini rotinya” kata si mamang sambil memberikan rotiku.

“siap, ini uangnya Mang” kataku sambil memberikan uang 5 ribu.

Aku makan di situ. Sambil tetap mencari-cari Raya.
Tapi nihil. Ga ada Raya di sana.

Roti sudah habis. Raya tidak kelihatan.
Ya sudah, motivasi istirahat ku sudah hilang dua2nya. 

Aku pun beranjak dari duduk ku untuk berjalan kembali ke kelas.

Di depan lorong itu, di depan kelas F, aku melambatkan jalanku. Iya, untuk melihat ke dalam apa ada Raya di sana.

Ah, ternyata tidak ada. 

Aku berhenti,lalu bertanya dalam hati "Apakah Raya sakit?" 

Hmm, baiklah, aku coba tanya ke Fika. Kebetulan dia sudah ada di sana.

Aku masuk ke dalam kelas, menghampiri Fika.

“Fika ya? Aku Rizki. Teman sebangku nya Rezki..” aku menyapanya. Basa-basi.

“Rizki..Rezki..eh, iyaa..ada apa ya? haha” katanya sambil ketawa. 

“ada salam dari rezki tuh..” kataku ngawur.

“ahaha,,ada ada aja si rezki mah, padahal juga tadi ketemu di kantin.” Jawabnya. 

Mati. Salah basa-basi aku.

“ahaha..iya, emang gitu dia mah anaknya.” Aku ketawa garing.

Fika melihat aneh.

“eh iya, Raya ga masuk ya hari ini?” tanyaku to the point kali ini.

“loh? Raya Nirwani maksud kamu?” tanyanya balik.

“iya, Raya Nirwani yang kemarin nyampein salam buat rezki dari kamu” 

“ahahaha..ga tau atuh, kok nanya ke aku..” kata dia sambil tertawa.

“eh, siapa tau kalau temen sekelasnya tau dia kemana..” kataku kikuk.

“ahaha,,iya, temen sekelasnya mah tahu, tapi aku mah ga tau da si Raya mah ga di sini..” katanya lagi. Sambil tertawa. Lagi.

“loh, jadi Raya bukan di kelas ini?”

“iyaa..” jawabnya sambil menganggukan kepala.

“dan bukan di sekolah ini juga..” ujarnya melanjutkan.

“hah? Gimana-gimana? Raya bukan anak sekolah ini?” aku bingung.

“iyaa, dia anak sebelah tuh..” Fika memberi tahu sembari menunjuk sekolah tetangga.

Yap, bangunan sekolah ini memang terbagi 2. Ada 2 sekolah di dalamnya. 

“ah,,begitu. Sip2, thanks ya, Fik infonya.” setelah mengerti situasinya, aku pun pergi meninggalkan Fika.

“haha..ada ada saja itu anak, masuk ke sekolah orang cuma buat nyampein salam dari temannya” batinku.
------------------

Well, mungkin inilah yang disebut takdir. Kamu datang menyampaikan salam yang salah dari temanmu ke gebetannya. 

Raya..Raya..ada ada saja kamu. 

Dialah Raya Putri Nirwani. Perempuan seru yang unpredictable. Perempuan seru yang punya banyak kotak misteri untuk dibuka. Iya, dia calon istriku. 

3 comments:

  1. ini gak dilanjut lagi gan?

    ReplyDelete
  2. dilanjut, gan..tapi ini emang lagi jarang banget megang laptop. Ga sempet-sempet..heuheu..doakan segera lanjut, kangen saya juga sama Rayaa!

    ReplyDelete
  3. oke ditunggu ya, gan. makasih haha

    ReplyDelete