DISCLAIMER: Tulisan ini merupakan bagian ke-3 dari
ke-sok-tahu-an seorang penulis gadungan. Walaupun hingga saat ini tingkat
akurasi prediksi gadungan ini di atas 50%, namun tidak bijak jika menggunakan
tulisan ini sebagai bahan khutbah. Dengan membaca ini, berarti kamu sudah
setuju untuk membiarkan pikiranmu dirasuki oleh imajinasi seorang Pandit
Gadungan! Enjoy!
The Expected Result from The Unexpected Round of 16
Ya, hasil yang memang sesuai dengan yang sudah diperkirakan
sebelumnya. Perancis harus struggling membongkar “bis parkir” yang disimpan
Irlandia di lapangan tadi malam. Beruntung mereka punya Antoine Griezmann yang
bisa menjadi juru selamat. 2 gol Griezmann di menit ke 58 dan 61 mengantarkan
sang Tuan Rumah melaju ke babak 8 besar, as expected.
Beralih ke Lille, stadion Stade-Pierre-Mauroy menjadi saksi
kedigdayaan German atas Slovakia. Setelah unggul cepat di menit 8, hasil dari
tendangan keras Jerome Boateng, German menjalani laga dengan tenang dan sesuai
perkiraan. Gol dari Mario Gomez dan Julian Draxler mengunci kemenangan 3-0 atas
Slovakia sekaligus menjadi tiket masuk German ke babak 8 besar, as expected.
Dari partai Belgia vs Hungaria. Dengan possession football
nya, Belgia berhasil mendikte jalannya pertandingan. Kemenangan yang sudah
diprediksikan sebelumnya, bahkan oleh seorang Pandit Gadungan, as expected.
Yak, cukup segitu saja bahasan dari pertandingan semalam. Selamat
untuk Perancis, German dan Belgia yang sudah berhasil melaju ke babak 8 besar
bersama dengan Polandia, Wales dan Portugal! Karena sudah pasti banyak yang akan
menulis review pertandingannya, maka Pandit Gadungan tidak akan ikut membahas
hasil pertandingan tadi malam. Silahkan cari di situs situs langgananmu. Mari,
selanjutnya silahkan kamu resapi tulisan buah dari imajinasi Pandit Gadungan
ini untuk pertandingan di hari ke 3 babak 16 besar Euro 2016 ini.
-----------------
Senin, 27 Juni 2016.
Italy vs Spain, 23.00 WIB.
Italia, adalah tim yang dari dulu bermain konsisten dengan
gayanya. Lupakan Spanyol dan German yang baru menemukan formula permainannya
pada dekade ini. Hingga kemarin, Italia memainkan sepakbola dengan gaya yang
sama seperti yang mereka lakukan saat Pandit Gadungan menonton partai final
World Cup 1994 di USA, 22 tahun yang lalu. Filosofi sepakbola yang diusung nya
jelas, pertahanan teratur dan disiplin. Menang, dalam benak setiap pemain
Italia, adalah ketika lawan tidak dapat mencetak gol ke gawang. Jika bisa
memenangi pertandingan dengan 1 gol, untuk apa repot mencetak gol berikutnya.
Jika kita melihat permainan ciamik dari tim ini, sudah barang pasti kalau itu
adalah bonus. Kebosanan yang dialami oleh lawannya ketika membongkar pertahanan
Italia, sering membuat lengah barisan pertahanan lawan dan disitulah agen lini
serang Italia mengambil aksinya. Setelah kehilangan maestro lini tengah semacam
Pirlo dan Totti, duet yang menjadi kunci sukses mereka memenangi World Cup 2006,
tahun ini Italia versi Antonio Conte menemukan formula menyerangnya melalui
gaya tradisional 3-5-2 yang bisa bertransformasi menjadi skema apapun. Dua
wingback yang bermain cepat dan kreatif ditunjang dengan stabil nya pembagi
bola di lini tengah mereka, membuat dua pemain depan mereka bebas bergerak
untuk sekedar mengacaukan barisan pertahanan musuh. Lolos sebagai juara group E
setelah membuat permainan Belgia hanya seperti latihan mengoper bola pada
partai pertamanya di fasa group, Italia membukukan 1 kemenangan lagi atas
Swedia. Walaupun Italia “membuang” partai terakhirnya melawan Ireland, tidak
lantas membuat Spanyol bisa bersantai ria menghadapi mereka di babak 16 besar.
Setelah secara mengejutkan finis diperingkat ke-2 di bawah
Croatia dan menempatkannya di pot “berbahaya”, nampaknya ini tidak membuat
gentar Spanyol. Memainkan possession football yang sudah menjadi ciri khas
mereka di 10 tahun belakangan ini, seharusnya mudah bagi Spanyol untuk
memuncaki group D. Namun ternyata permainan “santai” Spanyol di partai terakhir
melawan Croatia di fasa group, dimanfaatkan Croatia dengan baik. Hal ini
menjadi catatan khusus, karena pada partai melawan Croatia, Spanyol menurukan
squad pemenang mereka. Kelengahan 2 fullback yang memang sering naik membantu
serangan menjadi celah yang digunakan oleh Croatia. Jika ingin melaju ke babak
selanjutnya, PR lini belakang ini harus segera mereka rapi kan.
Partai yang mempertemukan Italia dan Spanyol ini
disebut-sebut sebagai the early final of Euro 2016. Ya, dua tim ini adalah dua
tim kelas juara. Sayangnya, mereka harus berhadapan se-dini ini. Berhadapan
dengan tim yang sudah pasti akan menunggu mereka di daerah lapangan
permainannya sendiri, membuat Spanyol harus berharap pada magis lini tengah mereka yang
dikomandoi Andreas Iniesta dan Cesc Fabregas. Kehilangan sentuhan Xavi
Hernandez di lini tengah tampaknya tergantikan dengan lebih “hidupnya” fullback
yang mereka miliki saat ini. Kecepatan Jordi Alba dan kejelian Juanfran mengirimkan
umpan dapat menjadi pembeda. Namun, sector ini pula lah yang bisa dieksplotasi
oleh Italia. Solidnya pertahanan Italia sudah pasti akan “memancing” 2 fullback
Spanyol naik membantu serangan. Jika Italia dapat memanfaatkan celah ini,
serangan balik cepat dan efektif dari Italia sudah pasti akan merepotkan David
De Gea. Sama-sama memiliki kiper yang hebat, maka kamu bisa berharap ada
suguhan penyelamatan-penyelamatan gemilang malam nanti. Tinggal lihat tim mana
yang lengah lebih dulu, itulah yang akan pulang nanti malam. Prediksi sulit,
tapi sepertinya Italia dengan pertahanan yang lebih solid lah yang akan
memenangkan partai final yang kepagian ini. Skor 2-1 untuk Italia yang akan
ditentukan pada babak perpanjangan waktu!
England vs Iceland, 02.00 WIB (Selasa 28 Juni 2016).
Komposisi Inggris tahun ini dijejali dengan pemain Tottenham
Hotspurs. Ini bisa menjadi sinyal baik karena pasti permainan mereka akan lebih
fluid. Tidak seperti Inggris di tahun-tahun sebelum ini. Namun, apakah ini
pertanda bagus mengingat Spurs hanya finish di peringkat ke 3? Well, performa
di fasa group sedikit banyak bisa menjawab pertanyaan itu. Kyle Walker dan
Danny Rose di fullback mereka, Dele Alli dan Eric Dier di lapangan tengah serta
Harry Kane di depan menjadi pelengkap pasukan Spurs di squad besutan Roy Hodgson
pada Euro 2016 kali ini. Untuk performa fullback, peran yang diperlihatkan dua
Spurs tadi cukup untuk mengangkat permainan tim yang sering buntu di tengah. Ya,
buntu di tengah. Nampaknya Wayne Rooney yang disimpan sebagai holding
midfielder oleh Hodgson kerepotan menjalani peran sebagai pembagi bola. Kenapa?
Jawabannya ada di performa Eric Dier. Dier bermain sangat malas sebagai seorang
holding midfielder. Apa karena di Spurs Dier terbiasa bermain dengan Cristian
Eriksen yang punya kecepatan dan daya jelajah lebih tinggi dibanding Rooney?
3 partai di fasa group, menunjukan peran Rooney sebagai pembagi bola tidak dapat
dilaksanakan dengan baik. Memang, kehadirannya di lini tengah bisa membuat
kestabilan, namun impact nya untuk lini serang Inggris masih minim. Selain persoalan holding midfielder,
nampaknya Hodgson juga harus memikirikan solusi untuk “penyakit” yang sering
menyerang Rahem Sterling. Sterling ini sebenarnya berpotensi, namun visi
permainannya yang tidak jelas kerap hanya membuang energy nya untuk lari
kesana-kemari. Jika Hodgson bisa mencari solusi untuk dua hal di atas, sudah
barang pasti Inggris dapat melaju lebih jauh.
Islandia. Sama seperti tim kuda hitam lainnya, Pandit Gadungan tidak memiliki data yang cukup untuk mengupas permainan tim ini. Finis sebagai runner up group F setelah berhasil
mengantongi 1 kemenangan dan 2 hasil imbang. Islandia mempertontonkan sepakbola bertahan dengan berharap pada skema serangan balik, tipikal tim kelas 2. Namun, ada yang perlu dicatat di sini, pertahanan
solid dan disiplin yang mereka peragakan berhasil membuat permainan Portugal
yang dipimpin oleh Christiano Ronaldo mati kutu. Skema permainan yang menjadi
kunci mereka mendapatkan tiket ke babak final Euro 2016. Performa ciamik mereka
lah yang membuat kamu tidak bisa menyaksikan Belanda berlaga pada Euro 2016
ini. Hanya kalah 2 kali pada penyisihan Euro 2016 membuat mereka tidak dapat
dianggap remeh. Bukan tidak mungkin, jika Inggris gagal memainkan possession football dengan baik, Inggris akan menjadi korban berikutnya!
Partai ini akan menjadi bukti kejelian Roy Hodgson dalam
meracik strategi. Celah yang menganga tadi sangat jelas. Jika Rooney atau
siapapun yang nanti berperan sebagai seorang pembagi bola tidak dapat
dimaksimalkan, Inggris dalam bahaya. Sekedar possession football saja tidak
cukup untuk mengalahkan Islandia. Portugal dan Belanda sudah menjadi korbannya. Harry Kane bisa
dipasang sebagai ujung tombak untuk mengimbangi fisik yang dimiliki oleh para
pemain bertahan Islandia. Sterling bisa dimaksimalkan untuk mengeksploitasi
pertahanan Islandia. Mungkin ini akan menjadi partai yang membuat Inggris frustasi,
namun bukan berarti mereka tidak dapat memenangi partai ini. Jika Hodgson dapat memanfaatkan pergantian pemain dengan baik, Inggris dapat melaju ke babak 8 besar. Skor 2-1 untuk
Inggris malam nanti!
----------------
Dengan ini, peserta 8 besar pun sudah lengkap. Italia dan Inggirs akan
bergabung bersama Polandia, Wales, Portugal,
Perancis, German, Belgia. Silahkan catat prediksi di atas dan bandingkan
hasilnya nanti. Jadilah saksi bahwa nama Pandit Gadungan bukan hanya sekedar
isapan jempol!
Udah ah, gitu aja. SEKIAN.
Salam Pandit Gadungan!